Pemanfaatan Lahan Nganggur, Meningkatkan Ekonomi Mengurangi Emisi Gas
Program
mitigasi emisi gas karbondioksida (CO2) dengan penanaman pohon
berbatang keras sebanyak – banyaknya perlu
disambut positif oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat di Kabupaten
Pati, karena dengan menanam pohon
berbatang keras sebanyak – banyaknya diharapkan udara di Kabupaten Pati terbebas
dari polusi dan dampak pemanasan global dapat diminimalkan.
Pati merupakan kabupaten dengan tanah yang relatif
subur sehingga banyak dari jenis tanaman pertanian, perkebunan, hutan, dan
tanaman hias dapat tumbuh denagn baik. Tetapi lahan tidur atau lahan yang belum
digarap secara maksmal masih sangat banyak terutama yang ada di Desa
Kuryokalangan, Gabus, Pati dan desa sekitarnya.
Desa Kuryokalanaan memiliki luas 252,152 Ha, luas
perkampungan 63 Ha dengan luas lahan kosong 6,25 Ha. Hasil sensus 2010
menunjukkan bahwa jumlah rumah 765 buah dengan jumlah penduduk 2.903 jiwa. Lahan
yang kosong adalah lahan – lahan yang belum digarap ataupun sudah digarap
tetapi belum maksimal, yang meliputi lahan pekarangan rumah dan lahan – lahan
yang hanya ditumbuhi tanaman bambu, rumput, dan semak. Selain tidak produktif,
lahan yang dibiarkan menganggur tersebut akan tampak kotor dan kumuh.
Hal tersebut membuat beberapa masyarakat Desa
Kuryokalangan yang peduli dengan lingkungan tergerak untuk memberikan bibit
jambu air citra kepada masyarakat secara gratis walaupun jumlahnya terbatas dan
memberikan penyuluhan tentang jambu air citra juga secara gratis. Mereka
berharap dapat membantu masyarakat Desa Kuryokalangan dan sekitarnya untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup. Selain itu, mereka juga
berharap agar lingkungan Desa kuryokalangan menjadi hijau, bersih dari polusi
dan produktif
Salah satu masyarakat yang peduli kepada lingkungan
tersebut adalah bapak Abdul Kalim, S. Pd. I, MM. Beliau adalah seorang pekebun
jambu air citra Desa Kuryokalangan serta Kepala MA Abadiyah Gabus. “Lahan
kosong di Desa Kuryokalangan ini masih cukup luas. Padahal kalau masyarakat
mau, dengan asumsi 1 rumah 2 tanaman jambu air citra, berarti di Kuryokalangan
ada 1.530 pohon, ditambah tiap hektare 225 pohon x 6,25 Ha = 1.406 pohon
sehingga Kuryokalangan nantinya ada 2.936 pohon. Jumlah yang cukup untuk
membuat lingkungan menjadi hijau dan menyerap emisi CO2 di Desa
Kuryokalangan karena menurut para peneliti lingkungann, sebuah pohon dapat
menyerap kurang lebih 1 ton emisi gas CO2 . Jadi bila ada 2.936
pohon, maka emisi yang dapat diserap lebih kurang 2.936 ton. Tetapi saat ini
baru ada 225 pohon jambu air citra dan pohon lainnya sehingga masih memerlukan
benih sebanyak 2.711 buah,” tutur beliau saat diwawancarai di kantornya (
Senin, 28 Maret 2011 )
“ kepedulian dan dukungan dari masyarakat
Kuryokalangan dan pemerintah desa sangat dibutuhkan agar kegiatan pemanfaatan
lahan nganggur ini dapat berhasil dan sukses. Dengan begitu, diharapkan udara
di Kuryokalangan menjadi segar bebas polusi dan dapat mengurangi laju
peningkatan suhu bumi yang rata -rata sudah naik 20 C karena adanya
peningkatan gas rumah kaca, serta dapat menjaga ketersediaan sumber air
tanah warga Kuryokalangan,” imbuhnya.
Pohon Jambu Air Citra di Kebun Bapak Abdul Kalim |
Alasan beliau memilih jambu air citra dibandingkan
tanaman lainnya ialah karena buah yang ditemukan oleh DR. Reza Tirtawinata
(ahli riset dari Kebun Mekarsari Ciliengsi bogor) ini dapat menjadi tanaman
peneduh dan memiliki buah yang besar, yaitu sebesar gelas air mineral 240 ml,
sedikit air namun segar, tanpa biji, dan rasanya manis yang membuat jambu air
citra memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Harga jambu air citra kategori Great
A (super, kualitas ekspor) pada Mei 2009 telah mencapai Rp 70. 000, 00/ Kg.
Sedangkan menurut berita dari Radar Semarang tertanggal 17 Juni 2008, salah
seorang pekebun dari Desa Betokan Demak, bernama Karmono menuturkan bahwa pohon
jambu delima rata – rata menghasilkan uang sekitar Rp 400.000,00 – Rp
600.000,00/ pohon. Sedangkan jambu air citra rata – rata menghasilkan Rp
500.000,00 – Rp 1.000.000,00/ pohon. Untuk jambu delima dihargai Rp 200,00 – Rp
400,00/ biji dan jambu air citra dihargai Rp 750,00 – Rp 1.250,00/ biji.
“Untuk menikmati buah jambu air citra yang ditanam
sendiri tidak memerlukan waktu yang lama, asal dirawat dan dipelihara dengnn
baik. Bila bibitnya dari hasil sambung pucuk / temple tinggi 75 – 100 cm
maksimal 2,5 tahun tinggi pohon bisa mencapai 3 meter bahkan kalau yang kita
tanam hasil dari cangkokan bisa berbuah pada umur 1 – 1,5 tahun,” ujar pak Abdul
Kalim lagi.
Dampak penanaman jambu air citra pada lingkungan
sudah mulai dirasakan bermanfaat oleh masyarakat. Seorang warga bernama Agus
Sya’roni (RT 02 / RW 03, Kuryokalangan), yang diwawancarai ( Selasa, 29 Maret
2011 ) mengatakan bahwa semenjak penanaman jambu air citra di lahan kosong
samping rumahnya, udara didalam rumah menjadi sejuk dan segar sehingga ia tak
perlu lagi menyalakan kipas angin. Jadi ia dapat menghemat penggunaan listrik
dirumahnya. Seorang warga lain bernama Suyono (RT 01 / RW 03 ) yang juga
diwawancarai ( Selasa, 29 Maret 2011 ) berkata,”
Sumber mata air di sumur saya sekarang tidak habis – habis walaupun musim kemarau
sehingga saya tidak perlu lagi mencari air ke sumur tetangga.”
Buah Jambu Air Citra Sebesar Gelas Air Mineral |
Inovasi dan kreativitas masyarakat Kuryokalangan
dengan menanam jambu air citra ini perlu didukung oleh pemerintah kabupaten
Pati. Dengan dukungan dan penanganan yang maksimal serta sungguh – sungguh,
diharapkan 4 – 5 tahun yang akan datang kabupaten pati khususnya daerah
kuryokalangan bisa menjadi daerah hijau penyerap emisi CO2 dan
menjadi daerah resapan air hujan. Selain itu, diharapkan daerah Kuryokalangan bisa
menjadi sentra buah khususnya buah jambu air citra yang bernilai ekonomi
tinggi. Karena produksi dari pekebun di Indonesia produksinya masih terbatas,
terbukti jambu air citra baru memenuhi pasar – pasar swalayan dan masih jarang
dipasar bisaa apalagi dipasar tradisional.
“ Seluruh warga Pati, marilah kita kembangkan
program – program yang tidak hanya berwawasan ekonomi saja, tetapi juga
berwawasan lingkungan agar Pati Bumi Mina Tani yang menjadi semboyan Kabupateen
Pati benar – benar terwujud.” Tegas pak Abdul Kalim. ( Arifin )
Posting Komentar untuk "Pemanfaatan Lahan Nganggur, Meningkatkan Ekonomi Mengurangi Emisi Gas"